v Latar
Belakang
Ubi jalar
memiliki prospek dan peluang yang sangat baik untuk menjamin ketersediaan
pangan, terutama jika produksi padi dan jagung tidak dapat mengimbangi
kebutuhan pangan masyarakat. Di Indonesia, penanaman ubi jalar belum
menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya mengalami pasang surut.
Pada tahun 1991, produksi ubi jalar 2.039.00 ton dengan luas panen 2.14.300
hektar. Pada tahun 1992, produksi ubi jalar mengalami kenaikan menjadi
2.171.000 ton dengan luas panen 229.800 hektar. Pada tahun 1993 dan 1994,
produksi ubi jalar mengalami penurunan menjadi 2.088.200 ton dengan luas panen
224.200 hektar (1994). Sedangkan pada tahun 1995, produksi ubi jalar mengalami
kenaikan lagi, namun kenaikan ini kurang berarti dibandingkan dengan produksi
pada tahun sebelumnya (1991 dan 1992). Produksi ubi jalar pada tahun 1995
adalah 2.171.000 ton dengan luas panen 228.700 hektar.
Faktor yang mempengaruhi pasang
surutnya produksi ubi jalar di Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Pengetahuan
petani dan masyarakat tentang manfaat ubi jalar masih rendah, sehingga minat
masyarakat untuk mengkonsumsi ubi jalar juga rendah. Padahal, ubi jalar
memiliki banyak manfaat dan dapat diolah menjadi berbagai produk industri
makanan.
2. Petani belum
menerapkan pola tanam ubi jalar secara intensif, tetapi mereka masih menerapkan
pola tanam ubi jalar secara tradisional sehingga produksinya rendah.
3. Harga ubi
jalar relativ rendah sehingga para pelaku agribisnis enggan untuk
mengusahakannya.
Ubi
jalar merupakan komoditas pertanian yang berprospek cerah, produk ubi jalar
tidak hanya potensial sebagai sumber karbohidrat dalam tatanan bahan pangan
bagi sebagian penduduk dunia, tetapi juga multi guna untuk diproyeksikan untuk
bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Citra ubi jalar dapat di
tingkatkan menjadi komoditas sampai ke pasar Internasional.
Ubi jalar
atau ketela rambat atau ( Ipomea batatas ) diduga berasal dari Benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar
adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich
Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal
tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh
dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang
Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan
Indonesia.
Plasma
nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan
berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh
para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain:
International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di
Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat
Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian. Varietas
atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya
cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe,
kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan.
v Klasifikasi
Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi
jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Convolvulaceae
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas L.Sin batatas edulis choisy
ü Bagian –
Bagian Tanaman Ubi jalar
1.
Batang
Tanaman
Ubi jalar berbatang lunak, tidak
berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas
dan panjang ruas antara 1-3 cm. setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas
atau cabang. Panjang batang utama amat beragam, tergantung pada varietasnya,
yakni berkisar 2-3 m untuk varietas ubi jalar merambat dan 1-2 m untuk varietas
ubi jalar tidak merambat (bertipe tegak). Diameter batang ubi jalar juga
bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang berukuran besar, sedang, dan
kecil. Warna batang ubi jalar bervariasi antara hijau dan ungu.
2.
Daun
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati,
bulat lonjong dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar
yang berbentuk bulat hati memiliki tepi daun ratya, berlekuk dangkal atau
menjari. Daun ubi jalar yang berbentuk bulat lonjong (oval) memiliki tepi daun
rata, berlekuk dangkal, atau berlekuk dalam. Sedangkan daun ubi jalar yang
berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk
dalam.
3.
Bunga
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk
terompet yang panjangnya antara 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm.
mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga
(pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda. Kepala putik melekat pada bagian
ujung tangkai putik. Tangkai putik dan kepala putik terletak diatas bakal buah.
Di dalam bunga juga terdapat lima buah tangkai sari yang terletak di sekitar
tangkai putik. Panjang kelima tangkai sari tersebut berbeda-beda, yakni antara
1,5-2 cm. penyerbukan hanya dapat terjadi jika ada bantuan dari serangga atau
angin.
4.
Umbi
Umbi tanaman ubi jalar merupakan
bagian yang dimanfaatkan untuk bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki
mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Umbi tanaman ubi jalar ini
terjadi karena adanya proses diferensiasi akar sebagai akibat terjadinya
penimbunan asimilat dari daun yang berbentuk umbi (Widodo, 1986).
ü Varietas Ubi
Jalar
Varietas
yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a). Berdaya
hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b). Berumur
pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c). Rasa ubi
enak dan manis.
d). Tahan
terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis oleh
cendawan
Elsinoe sp.
e). Kadar karotin tinggi di atas 10
mg/100 gram.
f). Keadaan serat ubi relatif
rendah.
Berdasarkan
warna umbi, ubi jalar dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
1. Ubi jalar
putih, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna putih.
Misalnya, varietas tembakur putih, varietas tembakur ungu, varietas Taiwan 45,
dan varietas MLG 12659-20P.
2. Ubi jalar
kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna kuning, kuning
muda atau putih kekuning-kuningan, misalnya varietas lapis 34, varietas South
Queen 27, varietas kawagoya, varietas cicah 16, dan varietas Tis 5125-27.
3. Ubi jalar
jingga, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna jingga hingga
jingga muda. Misalnya, varietas ciceh 32, varietas mendut, dan varietas tis
3290-3.
4. Ubi jalar
orange, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna orange.
Misalnya, varietas Puertorico, varietas Gedang, varietas Daya, varietas
Borobudur, dan varietas Prambanan.
5. Ubi jalar
ungu, yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna ungu hingga ungu muda.
v Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak
secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek
pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala
penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
v Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar
yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan
tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
·
Bibit berasal dari varietas atau klon
unggul.
·
Bahan tanaman berumur 2 bulan atau
lebih.
·
Pertumbuhan tanaman yang akan diambil
steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
·
Ukuran panjang stek batang atau stek
pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
·
Mengalami masa penyimpanan di tempat
yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal
dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau
melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek
pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada
generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan
harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan
perbanyakan.
v Penyiapan bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman
(bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
·
Pilih tanaman ubi jalar yang sudah
berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
·
Potong batang tanaman untuk dijadikan
stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang
tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
·
Kumpulkan stek pada suatu tempat,
kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang
berlebihan.
·
Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100
stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak
bertumpuk.
v Pengolahan media tanam
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya
dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar
strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
·
Tanah diolah terlebih dahulu hingga
gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk
guludan-guludan.
· Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.
Pembentukan Bedengan : Jika
tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami
dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan
adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila
penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan
bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran
guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir
mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm,
dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar
bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan
sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan
dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah
sawah bekas tanaman padi.
Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut :
a) Penyiapan Lahan Tegalan
§ Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)
§ Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan
rumput-rumput liar
§ Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu
§ Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm,
jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan
lahan
§ Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
·
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman
Padi
§ Babat jerami sebatas permukaan tanah
·
•Tumpuk jerami secara teratur menjadi
tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan
§ Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar
guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan
§ Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan
guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan
organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah
sehingga ubi dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata.
Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan
pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan
berikutnya. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana
penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut :
a.
Babat jerami sebatas permukaan tanah
b.
Singkirkan jerami ke tempat lain untuk
dijadikan bahan kompos
c.
Olah tanah dengan cangkul atau bajak
hingga gembur
d.
Biarkan tanah kering selama minimal satu
minggu
e.
Buat guludan-gululdan berukuran lebar
bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.
f.
Rapikan guludan sambil memperbaiki
saluran air antar guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam
pembuatan guludan adalah ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang
terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan
dalam sehinggga menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu
dangkal dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
v Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam Sistem tanam ubi
jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpangsari dengan kacang
tanah.
a) Sistem Monokultur
1. Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan
dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang
25-30 cm.
2. Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang
tanam untuk tempat pupuk.
3. Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang
(setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal
setek (bibit).
4. Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh bagian
ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan,
kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah
45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha)
ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan pupuk urea
34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar
amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).
b) Sistem Tumpang Sari
Tujuan sistem tumpangsari antara lain
untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan. Jenis tanaman
yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara
penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya
di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10
cm.
c.
Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke
kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian
kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam
mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam
satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada
tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal
seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi
jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau
awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,
yakni pada awal musim kemarau.
v Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan
dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam,
penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau
tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam
adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang
baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
-
Penyiangan
Pada
sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah
ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar,
terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari.
Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan
dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan
pada guludan tersebut.
-
Pembubunan
Penyiangan
dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam,
kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara penyiangan dan
pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Bersihkan
rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak
merusak akar tanaman ubi jalar.
2.
Gemburkan
tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya
diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
3.
Timbunkan
kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup
basah.
v Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut
pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg
urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada
tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara
yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah
atau tanaman di daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah
45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)
ditambah 50 kg K2O /ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan
sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan
mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari
batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam
larikan sambil ditimbun dengan tanah.
v Pengairan dan Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan
terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah
yang memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar
harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya
dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara
kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan
dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi
atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore
hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu
seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
v Hama dan Penyakit
Ø Hama
1. Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi
jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang
(korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat
ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian
batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman
akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus
hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan
hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi;
(3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4)
penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau
Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
2. Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas
formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yang bagian sayap dan moncongnya
berwarna biru, namun toraknya berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan
daun sambil meletakkan telur di tempat yang terlindung (ternaungi). Telur
menetas menjadi larva (ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang
kecil) pada batang atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala:
terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna
hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang
sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak
ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian: (1) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang
tidak sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan
atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan
pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama
di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5
%, segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan
insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC
dengan konsentrasi yang dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit
tebal dan bergetah banyak; (7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi
tingkat kerusakan yang lebih berat.
3. Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman
ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama
Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi
rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi
dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1)
sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan
dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar;
(3) pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
Ø Penyakit
1. Kudis atau Scab
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut
seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif
dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak
menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1) pergiliran/rotasi tanaman untuk
memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan
penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknik budi daya secara
intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
2. Layu fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f.
batatas. Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya
mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh
bibit. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit); (2)
pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang
bukan famili; (3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap
penyakit Fusarium.
3. Virus
Beberapa jenis virus yang ditemukan
menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow
Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil
dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis
atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi
jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1) penggunaan bibit yang sehat dan
bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di
daerah basis (endemis) virus; (3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk
dimusnahkan.
4. Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah,
misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann,
busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis
daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz. Pengendalian: dilakukan
secara terpadu, meliputi perbaikan kultur teknik budi daya, penggunaan bibit
yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang, dan penggunaan pestisida
selektif.
v Panen
Ø Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar
dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi
jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai
dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta
tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman.
Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5
bulan, sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling
lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko
serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil
ubi.
Ø Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
b. Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,
kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
c. Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
d. Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
e. Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
f. Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi
secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi
terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
g. Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan
(pengumpulan) hasil.
Ø Prakiraan Produksi
Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik
dan tidak mendapat serangan hama penyakit yang berarti (berat) dapat
menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per hektar. Varietas unggul seperti
borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28 ton, dan kalasan antara
31,2-47,5 ton per hektar.
2.12. Pasca Panen
Ø Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang
cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
Ø Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi
penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung
dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna
bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat
dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.
Ø Penyimpanan
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya
ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik
dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir
atau abu adalah sebagai berikut:
a. Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama
2-3 hari.
b. Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering,
sejuk, dan peredaran udaranya baik.
c. Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau
abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.
Cara penyimpanan ini dapat
mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses
penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak
bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam
penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang
rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30
oC (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.
DAFTAR
PUSTAKA
v
Juanda JS Dede dan Cahyono Bambang. 2000. Ubi Jalar
Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisus,
Yogyakarta.
v
Saeful, Aef. 2011. Ubi Jalar http://aepsaeful.blogspot.com/2011/03/ubi-jalar.html Diakses
tanggal 15 Maret 2011.
v
Bapelluh_Purbalingga.2013. Budidaya Ubi Jalar http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-ubi-jalar-7832. Diakses
tanggal 28 Maret 2013.
v
Taufikhurozik.2013. Budidaya Ketela Rambat/Ubi
Jalar http://taufiqurrozik.blogspot.com/2013/05/budidaya-ubi-jalar_13.html Diakses
tanggal 13 Mei 2013.
0 komentar:
Post a Comment