1.
1. 1. SEJARAH
SINGKAT
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun.
Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak,
tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun.
Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya), Satoimo (Japan),
Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
Asal
mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalam
abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau
di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di
jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai
pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
2. JENIS
TANAMAN
Tanaman
talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim perakaran serabut,
liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi dapat mencapai 4 kg
atau lebih, berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna
coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50
cmpanjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah
bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai. Bunga
jantan dan bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantan di
bagian atasnya, dan pada puncaknya terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah
buni. Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya ± 2 mm.
Berbagai
jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan
Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan
berbulu halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan
yang dapat berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih
besar dengan warna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul
dapat dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar
dan berwarna lebih muda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau
tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega
(Talas Gambir/Talas Hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap. Jenis
talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal.
Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak digunakan
untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan. Sedang talas
Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang bertotol-totol.
3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan
makanan tambahan. Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan
vitamin. Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya
banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa
umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara
langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan
pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak
berair sampai lahan kering.
Kandungan Gizi Umbi Talas (dalam 100
gram umbi talas)
1. Kalori 98 kal
2. Protein 1,9 gr
3. Lemak 0,2 gr
4. Karbohidrat 23,7 gr
5. Calsium 28 mg
6. Phosfor 61 mg
7. Ferrum (besi) 1 mg
8. Vitamin A 20 ai
9. Vitamin B1 0,13 mg
10. Vitamin C 4 mg
11. Air 73 g
12. Bagian
yang dapat dimakan 85 %
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor
dan Malang yang menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Tingkat
produksi tanaman talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi
lingkungan tempat tumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat
memcapai 30 ton/hektar.
5. SYARAT PETUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis,
sub tropis dan di daerah beriklim sedang. Pembudidayaan talas dapat dilakukan
pada daerah beriklim lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering
(curah hujan rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih
baik pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas.
b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan
tanaman talas adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran
tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah
hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
c) Selama pertumbuhan tanaman talas
menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh
pada lingkungan dengan suhu 25-30 derajat C dan kelembaban tinggi.
5.2. Media Tanam
a) Tanaman talas menyukai tanah yang
gembur, yang kaya akan bahan organik atau humus.
b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah
dengan berbagai jenis tanah, misal tanah lempung yang subur berwarna coklat
pada lapisan tanah yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.
c) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil
yang tinggi, harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang
bergambut sangat baik untuk talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH
nya di bawah 5,0.
d) Tanaman talas membutuhkan tanah yang
lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami
musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang
cocok untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen
tergantung kepada kultivar yang di tanam.
5.3. Ketinggian Tempat
Talas dapat tumbuh pada
ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas dapat tumbuh di daerah
pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m dpl, meskipun sangat lama
dalam memanennya.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
·
Penyiapan Bibit
Pada
umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional, dimana bibit yang
berupa anakan, diperoleh dari pertanaman sebelumnya. Bibit yang baik merupakan
anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas. Anakan tersebut setelah
dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat yang lembab, untuk digunakan
pada musim tanam berikutnya.
·
Teknik Penyemaian Bibit
Penanaman
talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan dan keterampilan
sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas atau umbi. Bila
bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah
berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari
umbi, sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan
satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu disemaikan
lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi
siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75
x 75 cm dan dalam 30 cm. Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan
ukuran tanaman. Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2
m, dengan jarak 45 cm di dalam baris.
·
Pemindahan Bibit
Pemindahan
bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7
bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitu setelah
umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai
gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
6.2. Pengolahan Media Tanam
·
Penyiapan Lahan
Di
dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur dan lepas. Cara
pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pengolahan tanah
setelah tanaman padi dan setelah tanaman sayuran. Pengolahan tanah setelah
tanam padi mulai dengan pembabatan jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk
kemudian di bakar. Tanah dibiarkan beberapa hari, baru kemudian dicangkul,
dihaluskan dan dibuat bedeng-bedengan danpemupukan dasar. Pengolahan tanah jika
talas di tanam setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma,
mencangkul, membuat bedengbedengan dan pemupukan dasar.
·
Pembentukan Bedengan
Talas
biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkan panjang
bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cm atau
berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.
·
Pengapuran
Talas
dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi, tanah
harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harus harus
diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.
·
Pemupukan
Pemupukan
talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatan seperti urea, TSP
dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yang diberikan tidak banyak,
cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan dua genggaman untuk pupuk kandang
untuk satu tanaman. Setelah di pupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah
yang dicampur dengan jerami.
6.3. Teknik Penanaman
·
Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau
70 x 70 cm atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan
dengan kondisi tanah dan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung
menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dari musim hujan. Hal ini dikarenakan
pada musim panas penyinaran cahaya matahari dapat berlangsung sepanjang hari
sehingga dengan jarak tanam yang rapat pun kelembaban udara di sekitar tanaman
tetap optimum. Jika pada musim hujan digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman
akan kurang menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi
tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko serangan penyakit.
·
Cara Penanaman
Penanaman
talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curah hujan merata
sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit talas tegak
lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar
dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak
seluruhnya tertutup oleh tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
·
Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan
biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam. Penyiangan perlu dilakukan
agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadi pesaing dalam
penyerapan unsur-unsur hara. Untuk memperoleh umbi yang besar dan bermutu maka
perlu penyiangan terhadap rumput-rumput liar di sekitar tanaman. Pembubunan
perlu dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akarakar bagian atas agar
tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan.
·
Pemupukan
Pemupukan
dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu mencampur sebanyak 1
ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah
bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per
hektar. Aplikasi pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang pupuk disamping
lubang tanam 3 cm. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3
bulan dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg per
hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping baris tanaman
sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada pemupukan umur 5 bulan.
·
Pengairan dan Penyiraman
Talas
membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidak tersedia air
yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan sulit
tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ialah menjelang musim
hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada kultivar yang di tanam.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a)
Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Baik
nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan daun.
Gejala: daun menjadi
agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu, yang dapat menarik semut.
Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah dingin seperti di
Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga menyerang melon, timun,
labu-labuan serta kapas.
Pengendalian: dengan
insektisida pada tanaman talas dinilai kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat
serangan sangat tinggi pada tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah
carbaryl, diazinon dimetoat dan malation cukup efektif untuk mengendalikan hama
tersebut.
b)
Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)
Gejala:
ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh helai daun,
bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanaman menjadi
gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman kacang hijau, ubi jalar dan
gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara tropika dan sub tropika,
Australia dan Pasifik.
Pengendalian: mengambil
dan memusnahkan ulat tersebut. Selain itu, karena kepompong berada di dalam
tanah, maka pembajakan lahan setelah panen dapat memusnahkan hama tersebut.
Usaha pengendalian dengan insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu
dengan Carbaryl jika kerusakan mencapai 50 %.
c)
Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)
Serangga
ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina Selatan, Eropa
Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-kepulauan di
pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran a populasi yang
tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul. Selain
tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar dan gulma (Kalshoven,
1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi dimulai dari tepi daun.
Pengendalian: kepompong
terbentuk di dalam tanah, maka pembajakan tanah setelah panen dapat
memusnahakan hama tersebut. Selain itu pengambilan ulat dan memusnahkannya
merupakan cara pengendalian yang efektif untuk areal kecil. Usaha pengendalian
dengan insektisida yang efektif hendaknya dilakukan pada saat ulat masih kecil
dengan carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).
d)
Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)
Gejala:
serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehingga warnanya
berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di kepulauan Pasifik, Hawai,
Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland.
Pengendalian: diintroduksikan
sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus atau dengan serangga yang dinilai
efektif untuk mengendalikan hama tersebut yaitu carbaryl, malation, dan
tri-chlorform.
e)
Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)
Serangga
ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan dewasanya di
permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.
Gejala: pada serangan
yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi
kerdil. Selain talas, B. tabaci juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu,
terungterungan dan kacang-kacangan lain.
Pengendalian:
menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.
f)
Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae)
Gejala:
daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan kehilangan lapisan
epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat yang lebih
besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang di sebabkan
ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agriusconvolvuli.
Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi
jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, daun talas
yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media pembiakan
massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan.
Pengendalian: dengan
insektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisida
carbaryl dan dichorvos. Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga
efektif untuk mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan
pada saat ulat masih kecil.
g)
Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala:
helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning, karena
serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daun
kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyak sekali
tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan bawah daun. Tunggau
disebarkan oleh manusia dan angin.
Pengendalian: pestisida
azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan trition. Galecron dan plictron
mempunyai residu yang panjang dan juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga
untuk mengendalikan tungau yaitu Du Ter dan benlate.
h)
Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala:
daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-10 cm, dan di isi
oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang sehingga tinggal
pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang
pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang
disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan meningkat
apabila petani menggunakan pupuk kandang.
Pengendalian: belum
ada.
7.2. Penyakit
a)
Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)
Gejala:
terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadi hawar.
Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat seluruh daun
mengering.
Pengendalian: menanam
varietas tahan. Penyaringan klon-klon merupakan salah satu tahapan dalam
pembentukan varietas.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanen
talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya
setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah dapat
dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan
talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen
setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna
lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti:
talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna
kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar dan masih banyak
lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan
talas balitung).
8.2. Cara Panen
Pemanenan
dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan
pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang
dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
8.3. Periode Panen
Masa
panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen yang tidak
tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat akan
menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen terlambat
akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas pada lahan
sawah dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya. Tanaman padi
ditanam satu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan September
sampai Januari. Pada musim kemarau (bulan Februari sampai Mei) lahan sawah
ditanami sayuran kemudian talas sampai bulan Desember atau Januari.
9. PASCA PANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil
panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh
angkutan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan
atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan
berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelah semua
pohon dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih
umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat
terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada
daging umbi.
9.3. Pngemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam
pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan
dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar.
10. GAMBARAN PELUANG AGRIBISNIS
Selama
ini masyarakat mengenal talas sebagai makanan pangan pengganti/tambahan dalam
keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakat bawah. Akan tetapi saat ini
potensi talas cukup baik yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri
pakan. Begitu pula permintaan konsumsi lokal yang tiap tahunnya meningkat.
11.
ANALISA USAHA BUDIDAYA TALAS
Perhitungan Biaya Produksi per hektar (10.000 m2)
·
Biaya per pohon = Rp 2.700,-
·
Hasil produksi per pohon = 1,5 kg
·
Jumlah populasi tanaman per hektar =
20.000 pohon
Total
biaya produksi per hektar : Rp 2.700 x 20.000 = Rp
54.000.000,-
·
Harga benih
: 37 % x Rp 54.000.000,- = Rp 19.980.000,-
·
Sewa lahan per musim
:13 % x Rp 54.000.000,- = Rp
7.020.000,-
·
Tenaga tanam dan perawatan tanaman satu musim :
3% x Rp 54.000.000,- = Rp 1.620.000,-
·
Pupuk dan obat-obatan
: 30 % x Rp 54.000.000,- = Rp
16.200.00,-
·
Panen dan pasca panen
: 12 % x Rp 54.000.000,- = Rp
6.480.000,-
·
Total biaya produksi (A)
................................................ Rp 54.000.000,-
·
Harga jual per kg
Rp 4.000 ,-
·
Hasil produksi per hektar : 20.000 x 1,5 kg
= 30.000 kg
·
Hasil panen dalam bentuk rupiah (B)
30.000 x Rp 4.000,- .......... Rp 120.000.000,-
Pendapatan hasil usaha ( B - A )
Rp 66.000.000,-
Analisa Kelayakan usaha :
·
BEP Produksi ..............
54.000.000 : 4.000
= 13.500 kg.
·
BEP harga ..............
54.000.000 : 30.000
= Rp 1.800,-/kg.
·
R/C
.............. 120.000.000 : 54.000.000
= 2,23
·
B/C
.............. 66.000.000 : 54.000.000
= 1.23
DAFTAR PUSTAKA
1.
C.N, Williams. Produksi sayuran di
daerah tropika. - Yogyakarta Gajah Mada University Press, 1993.
2.
Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Ubi-ubian.- Bogor : Balai Pustaka, 1977.
3.
PROSEA. Menyiasati lahan dan iklim dalam
pengusahaan pertumbuhan jenisjenis tanaman terpilih. – Bogor : PROSEA, 1994.
4.
Rahmanto, Fajar. Skripsi. Teknologi
pembuatan keripik simulasi dari talas Bogor (Colocasia esculenta (L) SHOTT). -
Bogor : Fateta-IPB, 1994.
5.
Herawati, Lilis. Skripsi. Analisa rugi
laba dan marjin tatniaga talas (Colocasiaesculenta (L.) Schott) (Studi kasus di
Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor). - Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Pertanian-Fakultas Pertanian-IPB, 1997.
6.
Fatah, Zainal. Skripsi. Mempelajari
pengaruh kadar amilosa pada pembuatan ekstrudat talas (Colocasia esculenta (L.)
SCHOTT).- Bogor : Fateta-IPB, 1995.
7.
Rosmiatin, Enung. Skripsi. Prospek
pengembangan talas talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) di Kabupaten Bogor
serta proses pertumbuhannya pada media casting. - Bogor : Jurusan
Biologi-FMIFA-IPB, 1995.
0 komentar:
Post a Comment